ad

Thursday, September 27, 2018

Hanya Berkulit Mahasiswa

NAMA   : Febry Hermawanto*PAI*Semester 4
TEMA    : Mahasiswa Zaman Now
JUDUL   : Hanya Berkulit Mahasiswa
KARYA  : Opini

Hanya Berkulit Mahasiswa

Jiwa indah dengan senyum wibawa selalu terpancar dalam langkah tegap pemuda-pemudi Indonesia, mereka merupakan pejuang dan harapan bangsa, kesehariannya tak lain hanyalah berdekap sebuah goresan kecil yang berdampak besar dalam pemikiran dan pola hidup, itu adalah buku. Sangat dibenarkan bahwa buku merupakan selir terpenting dalam kehidupan rumah tangga kampus. Ada ungkapan arab yang berbunyi ” sebaik-baik teman duduk disetiap waktumu adalah buku “.
Begitu dalam dan luas makna dari buku terutama apabila kita menyukainya untuk dibaca. Kian sering kita membaca, kian penuh memori kita dihiasi bingkai disiplin ilmiah. Mengingat begitu pentingnya akan membaca, maka perlu pula intropeksi diri dalam memupuk minat baca dikalangan pemuda terutama mahasiswa.
Mahasiswa merupakan penyampai kebenaran (agent of social control), agen perubahan (agent of change), dan generasi penerus masa depan (iron stock), itu semua adalah tiga hal penting yang menjadi tugas mahasiswa dalam menyumbangkan kinerjanya untuk abdi negara. Pertama, agent of social (penyampai kebenaran). Tidak dapat dipungkiri bahwa kebenaran adalah suatu hal yang harus dijunjung tinggi, namun itu semua akan terlaksana dengan baik jikalau tersedia seorang motorik, siapa dia? Mahasiswa.
Kedua, agent of change (agen perubahan). Desa, provinsi, negara bahkan dunia setiap hari mengalami perubahan, mulai dari terciptanya alam semesta ini hingga terasa suasana yang kita rasakan hari ini, permasalahnnya adalah perubahan dengan predikat sangat baik lah yang dinanti khalayak umum. Mereka memangku siku dengan harapan agar tempat yang ia pijaki menjadi sumber kedamaian, keilmuan, peradaban, dan kebahagian yang mampu memberikan kesejahteraan bagi pemukimnya. Siapa yang diharapkan? Mahasiswa.
Ketiga, iron stock( generasi penerus masa depan). Kematian adalah suatu hal yang wajib dirasakan bagi makhluk yang bernafas, tidak ada yang tahu pasti akan datangnya mati. Oleh sebab itu perlu adanya pembinaan regenerasi yang berbudi luhur, adil dan tanggung jawab. Dari adanya regenerasi maka suatu bangsa akan menjadi lebih baik kembali ketimbang dari sebelumnya, sebab ada pembinaan. Dalam hal ini siapa yang diandalkan ? Mahasiswa.
Melihat tiga tugas bijak seorang mahasiswa diatas, terasa sedih berpadu kesemangatan untuk terus memperjuangkan nasib negeri yang mereka tinggali.
Sungguh berat amanah yang dipikul manusia bergelar MAHASISWA. Banyak hal yang harus mereka  kuasai demi mempersiapkan kesejahteraan.
Membicarakan antara tipe mahasiswa zaman dulu dan mahasiswa zaman sekarang (now) tentunya banyak hal yang menjadi perbedaan antara mereka. Mulai dari perilaku, karakter, tanggung jawab, loyalitas dalam pancasila, serta peran unggul untuk negeri tercinta. Menyimak paparan tugas mahasiswa diatas, telah sedikit membuka pandangan kita akan mahasiswa zaman now, dengan itu memudahkan kita dalam membandingankan bagaimanakah tipe mahasiswa zaman dulu dan sekarang?
Dalam kenyatannya kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan masyarakat terlihat berkurang. Mereka acuh melihat kondisi disekitar daerah yang mereka tinggali, padahal itu merupakan tugas mahasiswa untuk merubahnya. Lembaga kampus telah terbuka lebar memfasilitasi organisasi-organisasi yang dapat diikuti mahasiswa, namun mereka tidak menghiraukan akan aktivitas organisasi. Organisasi merupakan wadah ajang pembentuk mental sejati mahasiswa, disana diajarkan bagamaimana berhadapan dengan orang lain, berkomunikasi dengan khalayak, mengerjakkan sesuatu secara prosedural dan masih banyak lagi, akan tetapi lagi-lagi mahasiswa jaman now tidak menghiraukan akan kesempatan emas tersebut.
Ditambah dengan perubahan zaman yang milineal, waktu mereka hanya disibukkan dengan media sosial, hanya gadget yang terus melekat ditangannya, entah mengapa hal itu bisa terjadi? Dengan majunya teknologi hari ini, seharusnya mereka dapat mengembangkan disiplin ilmu yang telah mereka kuasai, namun apa daya rayuan si medsos. Selain itu juga, komunikasi menjadi rapuh, mengapa? Karena interaksi yang mereka lakukan hanya sebatas di dunia maya, kontak sosial secara langsungpun menjadi terabaikan, hal ini menjadi sebab solidaritas antara sesamanya berkurang.
Tan malaka berkata” Bila kaum muda yang telah belajar disekolah dan menganggap dirinya telalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan mencangkul dan hanya memilki cita-cita rendah, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali”. Disadari atau tidak, hal tersebut kebanyakan telah tertanam di benak hati mahasiwa, mereka yang sudah terbiasa hidup di lingkungan perkotaan enggan untuk pulang dan berjuang demi desa yang telah melahirkannya, mereka merasa hidup didesa itu sudah tidak nyaman lagi, sebab minimnya fasilitas yang ada.   
Sungguh sangat disayangkan sekali ketika suatu desa memilki benih masyarakat yang mengenyam bangku perkuliahan namun mereka setelah wisuda tidak mau pulang ke tempat asalnya, padahal masyarakat didaerahnya tentu besar harapan menantikan generasi penerus bangsa bergelar sarjana dalam membangun kejayaan didaerah yang mereka tempati. Ini menjadi momok yang harus di angan-angan oleh mahasiswa.
Melihat gambaran kondisi perbedaan antara mahasiswa zaman dahulu dan mahasiswa zaman now yang telah dipaparkan diatas, kita selaku mahasiswa, pembaca dan masyarakat hendaknya sadar akan perbedaan tersebut. Dari perbedaan itu mari kita koreksi bersama mana perilaku yang harus diperbaiki oleh mahasiwa. Penanaman jiwa sosial yang peka akan kondisi sekitar harus lebih ditekankan kembali, baik lewat media pembelajaran, pengarahan, workshop, ataupun kajian-kajian lain yang sifatnya membangun solidaritas keintelektualan mahasiswa dalam menempatkan peran asli dari mereka.
Peran pemerintahpun harus meranah didunia pendidikan terkhusus dunia kampus yang nominal kecakapan berfikirnya mampu menjadi acauan dan pengisi peraturan yang ditetapkan negara. Nah, posisi pemerintah bagaimana dalam hal ini? Tentunya pemerintah harus secara cerdik, bijak, dan handal dalam meracik program kerja yang ditawarkan kepada mahasiswa. Program kerja tersebut harus memiliki daya saing yang unggul dengan program-program didaerah lain, lebih-lebih kita memandang persaiangan dengan orang-orang yang ada diluar negeri.
Singapura merupakan negara yang luasnya lebih kecil daripada provinsi lampung, akan tetapi mereka tampil baik dan unggul dibanding negeri kita indonesia. Ini menjadi gertakan bagi kita semua, kita yang secara finansial merupakan negeri yang dikatakan “gemah ripah loh jinawi” yakni kekayaan alam yang melimpah, kenapa tidak bisa seperti bahkan melebihi singapura? Problematika yang cukup dewasa bagi kita semua.
Itulah “Negeri Seribu Larangan”, patut kita jadikan cermin tauladan dalam menciptakan suasana Indonesia yang ingin menjadi maju. Warga Singapura adalah warga yang sangat taat dengan aturan dan hampir tidak ada tindak kriminal disana. Kinerja Polisipun tidak terlalu sering, sebab hampir tidak ada pelanggaran yang dilakukan warganya.
Ini menjadi pecutan bagi kita semua, kenapa kita belum bisa seperti itu, padahal jamur universitas dan lembaga pendidikan yang lain telah tumbuh dan menyebar dimana-mana. Oleh sebab itu, mari kita bersama awali langkah kehidupan ini dengan berprinsip “Aturan Harus Setara Dengan Ilmiah”. Yakinlah jika kita mau mengikuti aturan yang berlaku, maka suasana kearifan yang diimpikan pancasila akan lebih mudah terwujud.
Mahasiswa, mereka merupakan tiang dari negara. Jika mereka hanya bersantai kehancuran akan semakin lincah menyelimuti keadaan yang ada. Mari kita bangun mental mahasiswa yang sebenarnya, fahami makna pancasila, amalkan dan resapi petuah bijak nasionalis dari para pahlawan, saling menghargai pendapat dan luaskanlah rasa toleran bagi nusa dan bangsa.
Oleh sebab itu, kuliah bukan ajang merubah status dari siswa menjadi mahasiswa, akan tetapi mereka harus buktikan bahwa nama mereka (mahasiswa) harus sesuai dengan apa dan bagaimana kontribusi mereka dalam membangun kesuksesan baik untuk dirinya sendiri dan orang lain.   

No comments: